Kamis, 30 September 2010

Kreativitas Anak Dapat Dilihat Dari Berbagai Indikator


Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif, dan ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif dapat dikembangkan dan perlu dipupuk sejak dari usia dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang secara optimal, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.

Hasil penelitian Samples (1997) menyimpulkan bahwa bila proses dan fungsi belahan otak kanan ditingkatkan, harga diri seseorang meningkat, berbagai keterampilan kinerja pun bertambah dan peserta didik memperlihatkan kecenderungan menjelajahi materi berbagai bidang dengan lebih mendalam dan lebih tekun. Hal senada juga ditegaskan oleh hasil penelitian Jung (1964) yang menyimpulkan bahwa ada kaitan kreativitas dengan fungsi dasar manusia, yaitu berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function thinking, feeling, sensing and intuiting).  

Kreativitas pada anak di taman kanak-kanak dan sekolah dasar dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun dalam bercerita atau dalam bermain peran. Namun salah satu kendala dalam mengembangkan kreativitas adalah sikap orang tua dan guru yang kurang memberi kesempatan perkembangan kreativitas secara optimal.  Hal ini disebabkan oleh pandangan yang sempit, dimana anak harus menurut apa yang dikatakan orang tua dan guru, atau dengan kata lain anak tidak boleh berfikir secara divergen atau berfikir berbeda dari orang lain (Jamaris, 2006).

Pembatasan mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda pada hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kebebasan dan hak azazi anak khususnya anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang berada pada fase praoperasional dan operasional konkrit, karena pada fase ini anak belum mampu mengikuti cara pandang orang lain. Dengan demikian anak membutuhkan kesempatan untuk mengungkapkan cara pandangnya secara bebas, sehingga fantasi yang dipikirkan dapat diekspresikan secara bebas.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan kreativitas anak yang berada pada fase praoperasional dan operasional konkrit. Pendidikan yang dilakukan terhadap anak usia TK dan SD seharusnya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak serta bagaimana anak belajar. Sehingga pendidikan tidak berarti sebagai program ”pemaksaan” terhadap anak untuk melakukan sesuatu atau untuk memiliki suatu kemampuan sesuai keinginan orang dewasa tanpa mempertimbangkan kondisi anak.
Selain itu menurut Munandar (2004) dalam upaya membantu anak mewujudkan kreativitas mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka. Tugas pendidiklah atau orang tua untuk menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan.
Namun itu saja tidaklah cukup. Disamping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada anak. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya sendiri, atas keinginannya sendiri.
Untuk dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, berikut ini penulis akan menguraikan  ciri-ciri kreativitas sebagaimana yang diungkapkan oleh Munandar (1999). Adapun cirri-ciri atau indicator tersebut adalah sebagai berikut:
A.    Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif (Aptitude)
1)      Keterampilan berpikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Perilaku anak:
a)      Mengajukan banyak pertanyaan.
b)      Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
c)      Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d)     Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
e)      Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.
f)       Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi.

2)      Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

Perilaku anak:
a)      Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.
b)      Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.
c)      Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
d)     Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain.
e)      Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.
f)       Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
g)      Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda.
h)      Mampu mengubah arah berpikir spontan.

3)      Keterampilan berpikir orisinal yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Perilaku anak:
a)      Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh  orang lain.
b)      Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.
c)      Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain.
d)     Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
e)      Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.
f)       Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.
g)      Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

4)      Keterampilan memperinci (mengelaborasi) yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Perilaku anak:
a)      Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecah masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
b)      Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
c)      Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.
d)     Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.
e)      Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

5)      Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, dan tidak  hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku anak:
a)      Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.
b)      Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.
c)      Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “Mengapa?”.
d)     Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
e)      Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.
f)       Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.
g)      Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

B.     Ciri-ciri Afektif (Non-Aptitude)
1)      Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak; mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, obyek, dan situasi, dan peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

Perilaku anak:
a)      Mempertanyakan segala sesuatu.
b)      Senang menjajaki buku-buku, peta-peta,gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru.
c)      Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal.
d)     Menggunakan semua panca indranya untuk mengenal.
e)      Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru.
f)       Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian
g)      Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik.

2)      Bersifat imajinatif yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.

Perilaku anak:
a)      Memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi.
b)      Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain.
c)      Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain.
d)     Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi.
e)      Melihat hal-hal baru dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain.
f)       Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3)      Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

Perilaku anak:
a)      Menggunakan gagasan atau masalah yang rumit.
b)      Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk.
c)      Tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya.
d)     Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain.
e)      Tidak cenderung mencari jalan tergampang.
f)       Berusaha terus-menerus agar berhasil.
g)      Mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit/rumit daripada menerima yang mudah.
h)      Senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

4)      Sifat berani mengambil resiko yaitu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak mejadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

Perilaku anak:
a)      Berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritik.
b)      Bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya.
c)      Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal.
d)     Berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain.
e)      Tidak mudah dipengaruhi orang lain.
f)       Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang.
g)      Berani mencoba hal-hal baru.
h)      Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.

5)      Sifat menghargai yaitu dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, dan menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Perilaku anak:
a)      Menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain.
b)      Menghargai diri sendiri dan prestasi.
c)      Menghargai makna orang lain.
d)     Menghargai keluarga, sekolah, dan teman-teman.
e)      Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab.
f)       Tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup.
g)      Menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan.
h)      Senang dengan penghargaan terhadap dirinya.

Dari uraian di atas mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para guru dan calon guru taman kanak-kanak dan sekolah dasar, agar dalam proses pembelajaran kreativitas anak dapat dikembangkan secara optimal.

Tidak ada komentar:

Sekedar Hiburan