Selasa, 19 Oktober 2010

Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini


Pembelajaran untuk anak usia dini memegang peranan yang sangat penting bagi pembentukan kemampuan dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut. Dalam suatu pembelajaran peran guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohammad Ali (2007) bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru dalam merekayasa lingkungan agar terjadi belajar pada individu siswa.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2003) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono ”pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar” (Sagala, 2003).
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, ”pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.  Pembelajaran menurut Sudjana (2000) adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Surya (2004) menyatakan bahwa, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukan bahwa pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku dalam diri individunya.
Selanjutnya Sudjana menjelaskan bahwa pembelajaran adalah fungsi pendidik untuk membelajarkan peserta didik terhadap materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar. Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu, membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong, membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan. Fungsi-fungsi pembelajaran ini dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab pendidik yaitu guru, pamong belajar, pelatih, sehingga peserta didik dapat melakukan perubahan dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan.                
Pengertian pembelajaran di atas, mengandung makna yang menggambarkan interaksi dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik, peserta didik, materi, proses, keluaran dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi pembelajaran.
Suatu rencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan belajar bagaimana belajar (learning to learn), belajar bagaimana berfikir (learning how to think), belajar bagaimana melakukan (learning how to do), dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama (learning how to live together).
            Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan keempat aspek tersebut di atas. Oleh sebab itu maka pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang lain di lingkungannya, baik secara fisik maupun mental.
Menurut Dunkin dan Biddle (Sagala, 2003) proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom teaching) berada pada empat variabel instruksi yaitu (1) varibel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu kompetensi substansi materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran.
            Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak didesain untuk memungkinkan anak belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, volunter, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Untuk itu guru di Taman Kanak-kanak harus kreatif melihat potensi lingkungan dan mendesain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan anak.
1.      Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu (Sagala, 2003). Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih suatu pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan tertentu.
Menurut Santoso (2002) ada tiga aliran pokok dalam pendidikan yang dapat digunakan untuk mendidik anak yaitu:
1.  Nativisme, aliran ini mengatakan  bahwa  proses pembentukan pribadi anak ditentukan oleh bakat yang dimiliki anak sejak lahir. Dengan demikian bakat atau pembawaan menentukan perkembangan anak. Mengingat pendidikan tidak mempunyai peran maka aliran ini disebut juga pesimisme sebab pendidik merasa pesimis tidak dapat mempengaruhi anak didik karena faktor yang penting adalah faktor bakat. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.
2.  Empirisme, aliran ini berpendapat bahwa proses pembentukan  pribadi  anak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Anak yang baru lahir ibarat kertas putih, lingkunganlah yang mempengaruhinya. Hal ini dikenal dengan nama teori tabularasa. Pendidik dapat memberikan pengaruh, pengalaman, bimbingan, arahan atau aktivitas kepada anak didik. Oleh sebab peranan pendidik sangat besar maka aliran ini disebut juga optimisme. Aliran ini dipelopori oleh John Locke (Inggris). 
3.  Konvergensi,  aliran  ini berpendirian  bahwa terbentuknya kepribadian anak tergantung dari faktor bakat dan juga faktor lingkungan. Aliran konvergensi ini merupakan perpaduan antara aliran nativisme dan empirisme. Bakat dan lingkungan keduanya penting dalam perkembangan anak dalam membentuk pribadinya. Tokoh aliran ini adalah William Stern (Amerika).
Dengan mengetahui tiga aliran di atas, maka menurut Santoso ada tiga cara pendekatan yang dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan situasi, tujuan, usia, tingkat kematangan dan etika. Ketiga pendekatan tersebut adalah (1) Otoriter, yaitu cara mendidik yang bersifat keras, tegas, dan harus dilakukan oleh anak setelah diperintah oleh pendidik. (2) Permisive, yaitu lebih banyak memberikan kebebasan pada anak untuk bertindak, berbuat dan berkreasi. (3) Demokratis, yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk menampilkan kreativitasnya, tetapi dengan penuh bimbingan pendidik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pembelajaran bagi anak usia dini berbeda dengan pembelajaran lainnya sehingga pendekatan yang digunakan dalam mendidik mereka pun disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak. Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bagi anak usia dini menurut Direktorat PADU (2002: 5) adalah sebagai berikut:
a.       Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilaksanakan secara integratif dan holistik.
b.      Belajar melalui bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.
c.       Kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
d.      Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.
e.       Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (center of interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
f.       Mengembangkan keterampilan hidup. Mengembangkan keterampilan hidup melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
g.      Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.
h.      Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah:
1)    Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis.
2)    Siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya.
3)    Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya.
4)       Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.
5)    Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.
6)    Anak belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari konkrit ke abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial.
i.        Stimulasi terpadu. Pada saat anak melakukan suatu kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Contoh: ketika anak melakukan kegiatan makan, kemampuan yang dikembangkan antara lain bahasa (mengenal kosa kata tentang jenis sayuran dan peralatan makan), motorik halus (memegang sendok dan menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan makan sedikit dengan banyak), sosial-emosional (duduk rapi dan menolong diri sendiri), dan moral (berdoa sebelum dan sesudah makan).

2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efesien. Sesuai dengan tuntutan dunia karakteristik anak yang berbeda dengan orang dewasa, guru perlu menyiapkan suatu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak akan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan kebiasaan berperilaku positif yangendukung pengembangan berbagai potensi dan kemampuan anak.
Menurut Solehuddin (2000) pemahaman dan penguasaan metode pembelajaran anak merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh guru prasekolah: Pertama, sesuai dengan karakteristik anak yang lazimnya aktif dan punya kemampuan untuk berkreasi, metode pembelajaran bagi anak usia prasekolah adalah yang berpusat pada anak. Anak diberi kesempatan yang luas untuk berbuat aktif baik secara fisik maupun mental. Kedua, anak pada dasarnya belajar dalam situasi yang holistik, maka cara pembelajaran terpadu dipandang cocok untuk diterapkan bagi anak prasekaloh. Ketiga, adanya variasi individual anak menuntut guru merancang dan menyediakan sejumlah alternatif kegiatan guna memberi kesempatan pada anak untuk memilih kegiatan yang diminati. Keempat, cara pembelajaran anak usia prasekolah hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi baik dengan guru maupun dengan teman-teman sebayanya. Kelima, cara pembelajaran bersifat fleksibel dan tidak terstruktur. Keenam, penerapan bermain sebagai sarana belajar di TK merupakan hal yang perlu diprioritaskan. 
Lebih lanjut Solehuddin (2000) mengemukakan beberapa prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia prasekolah yang perlu diterapkan oleh para guru yaitu: (1) anak secara aktif terlibat dalam melakukan sesuatu atau bermain dalam suatu situasi yang menyenangkan, terutama melalui projek atau pusat-pusat belajar; (2) kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat anak; (3) mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual; (4) mendorong anak untuk berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan; (5) memperhatikan variasi perkembangan anak; dan (6) bersifat fleksibel.
             Metode pembelajaran berhubungan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menyajikan pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004) yaitu: metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi, metode proyek, metode bercerita, dan metode pemberian tugas.
Selain itu, menurut Direktorat PADU tahun 2001 Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya:
a.       Bercerita
Bercerita adalah menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka.  Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
b.      Bernyanyi
Bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa estetika.
c.       Berdarmawisata
Darmawisata adalah kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
d.      Bermain peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
e.       Peragaan/Demonstrasi
Peragaan/demonstrasi adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
f.       Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak  untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.
g.      Metode Proyek/Pengamatan
Metode proyek adalah metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan.
h.      Metode Pembiasaan
Merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya.
i.        Metode Bercakap-cakap
Suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak, atau antara anak dengan guru.
j.        Latihan
Latihan adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
              Dalam memilih dan menggunakan metode di Taman Kanak-kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik, pengembangan nilai, atau pengembangan sikap dan nilai.
Dalam pengembangan kreativitas anak, metode-metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan menemukan hubungan-hubungan baru.
Selain itu, dalam penggunaan metode pembelajaran pada pendidikan anak usia dini hendaknya memperhatikan sembilan kemampuan belajar anak  yang tertuang dalam Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Depdiknas, 2002: 11) sebagai berikut:
a.    Kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
b.   Kecerdasan logika-matematik (logico-mathematical-intelligence) yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda.
c.    Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi)
d.   Kecerdasan musikal (musical/rhythmic intelligence) yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan.
e.    Kecerdasan kinestetik (bodiliy/kinesthetic intelligence) yang dapat dirangsang melalui gerakan tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh.
f.    Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence) yaitu mencintai keindahan alam. Dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang malam, panas dingin, bulan matahari.
g.   Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik.
h.   Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk control diri dan disiplin
i.     Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan. Dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.


1 komentar:

Dani Wahyu mengatakan...

Thanks infonya. Oiya, saya nemu artikel menarik nih yang ngebahas tentang kesalahan terbesar yang kerap dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya seputar keuangan. Ini informatif banget sih, apalagi yang ngomong miliarder kenamaan Warren Buffett. Cek langsung disini ya: Kata Warren Buffet, ini kesalahan terbesar orang tua dalam mendidik anak tentang keuangan

Sekedar Hiburan