Sabtu, 18 Desember 2010

Mari Mengenal Tokoh Psikologi


Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini. Untuk membantu para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi dan hasil karya mereka, sebagai berikut:

Wilhelm Wundt (1832 - 1920)
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran.  Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory  (suatu proses yang dikelola oleh panca indera). 
Pada tahun 1875 ia pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun 1879 ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang  dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat  & Ilmu Faal). Sebelum tahun 1879 memang orang sudah mengenal psikologi, tetapi belum ada orang yang menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi umumnya adalah para filsuf, ahli ilmu faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.  Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori.  Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung" (Persepsi yang dipengaruhi kesadaran, 1862),  "Grund zuge der Physiologischen Psychologie" (Dasar fisiologis dari gejala-gejala psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie". 

Ivan Pavlov (1849 - 1936)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.  Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan  mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan  pengembangan teori-teori tentang belajar. 

Emil Kraepelin (1856 - 1926)
Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. 
Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.   

Sigmund Freud (1856 - 1939)        
Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist.   
Semasa muda ia merupakan anak favorit ibunya. Dia adalah satu-satunya anak (dari tujuh bersaudara) yang memiliki lampu baca (sementara yang lain hanya menggunakan lilin sebagai penerang) untuk membaca pada malam hari dan satu-satunya anak yang diberi sebuah kamar dan perabotan cukup memadai untuk menunjang keberhasilan sekolahnya.  Freud dikenal sebagai seorang pelajar yang jenius, menguasai 8 (delapan)  bahasa dan menyelesaikan sekolah kedokteran pada usia 30 tahun. Setelah lulus ia memutuskan untuk membuka praktek di bidang neurologi.     
Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut "unconscious mind" (alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905). 
Pada tahun 1902 dia diangkat sebagai profesor di University of Viena dan saat ini namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah:
·         The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu
·         Konsep Id, Ego, dan Superego  
·         Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms)  
Istilah psikoanalisa yang dikemukakan Freud sebenarnya memiliki beberapa makna yaitu: (1) sebagai sebuah teori kepribadian dan psikopatologi, (2) sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan (3) suatu teknik untuk menginvestigasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri. 
Sejak the Psychoanalytic Society (Perhimpunan Masyarakat Psikoanalisa) didirikan pada tahun 1906, maka muncul beberapa ahli psikologi yang dua diantaranya adalah Alfred Adler dan Carl Jung. Pada tahun 1909 Freud mulai dikenal di seluruh dunia ketika ia melakukan perjalanan ke USA untuk menyelenggarkan Konferensi International pertama kalinya.      Freud dikenal sebagai seorang perokok berat yang akhirnya menyebabkan dia terkena kanker pada tahun 1923 dan memaksanya untuk melakukan lebih dari 30 kali operasi selama kurang lebih 16 tahun. Pada tahun 1933, partai Nazy di Jerman melakukan pembakaran terhadap buku-buku yang ditulis oleh Freud. Dan ketika Jerman menginvasi Austria tahun 1938, Freud terpaksa melarikan diri ke Inggris dan akhirnya meninggal di sana setahun kemudian. 

Alfred Binet (1857 - 1911)
Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.     
Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ. Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern, mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud "Intelligence Quotient". Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman, dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai  Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.

Alfred Adler (1870 - 1937)
Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Ia adalah seorang Yahudi yang lahir dari keluarga yang termasuk dalam status sosial ekonomi kelas menengah pada saat itu. Semasa muda Adler mengalami masa-masa yang sangat sulit. Ketika ia berusia 5 tahun ia terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil untuk disembuhkan. Ketika mendengar kabar tersebut, Adler berjanji jika ia bisa sembuh maka ia akan menjadi dokter dan bertekad untuk memerangi penyakit yang mematikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia benar-benar mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Vienna. Ia akhirnya dikenal sebagai seorang ahli penyakit dalam.    
Tahun 1898, ia menulis buku pertamanya yang memfokuskan pada pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi bukan membagi-baginya menjadi gejala, insting, atau dorongan-dorongan. Pada tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut tidak berlangsung lama.
Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper berjudul "Organ Inferiority" yang menjadi pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler. Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.    

Carl Jung (1875 - 1961)        
Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah sangat terkesan dengan mimpi, visi supernatural, dan fantasi.  Ia menyakini bahwa dirinya memiliki informasi rahasia tentang masa depan dan berfantasi bahwa dirinya merupakan dua orang yang berbeda.
Jung lulus dari fakultas kedokteran di University of Basel dengan spesialisasi di bidang psikiatri pada tahun 1900. Pada tahun yang sama ia bekerja sebagai assistant di rumah sakit jiwa Zurich yang membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan para pasien schizophrenic yang akhirnya membawa Jung melakukan kontak dengan Freud. Setelah membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan korespondensi dengan Freud. Akhirnya mereka bertemu di rumah Freud di Vienna tahun 1907. Dalam pertemuan tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia bukan orang Yahudi. Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus Freud dan berkat dukungan Freud Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Namun pada tahun 1913, hubungan Jung dan Freud menjadi retak. Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan bahkan keluar dari keanggotaan assosiasi tersebut. Sejak saat itu Jung dan Freud tidak pernah saling bertemu. 

John Watson (1878 - 1958)
John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul "Animal Education". Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen. 
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology  as the Behaviourist view it" (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting.  Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: "Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya".

Max Wertheimer (1880 - 1943)
Max Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan wafat pada tanggal 12 Oktober 1943 di New York. Max Wertheimer dianggap sebagai pendiri psikologi Gestalt bersama-sama dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Max mempelajari imu hukum selama beberapa tahun sebelum akhirnya dia mendapatkan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Dia kemudian diangkat menjadi professor dan sempat bekerja di beberapa universitas di Jerman sebelum hijrah ke Amerika Serikat karena terjadi perang di benua Eropa pada tahun 1934. Di Amerika ia bekerja di New School for Research di New York city sampai akhir hayatnya.
Pada tahun 1910, ketika berusia 30 tahun, Max memperlihatkan ketertarikannya untuk meneliti tentang persepsi setelah ia melihat sebuah alat yang disebut "stroboscope" (benda berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalamkotak tersebut) di toko mainan anak-anak.  Setelah melakukan beberapa penelitian dengan alat tersebut, dia mengembangkan teori tentang persepsi yang sering disebut dengan teori Gestalt.
Dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory" (1923), Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt sebagai berikut:
·         Hukum Kedekatan (law of proximity): hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas. 
·         Hukum Ketertutupan (law of closure): Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.                                                                            
Hukum Kesamaan (law of equivalence): hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.

Henry A. Murray (1893 - 1988)
Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (unconscious mind). Murray menjadi professor psikologi di Harvard University dan mengajar disana lebih dari 30 tahun.  
Peranan Murray di bidang psikologi adalah dalam bidang diagnosa kepribadian dan teori kepribadian. Hasil karya terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian dengan metode proyeksi yang disebut dengan "Thematic Apperception Test (TAT)". Test TAT ini terdiri dari beberapa buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Gambar-gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar tersebut. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalam cerita-ceritanya.   

Jean Piaget (1896 - 1980)
Jean Piaget dilahirkan di Neuchatel (Switzerland) pada tahun 1896 dan meninggal di Geneva dalam usia 84 tahun pada tahun 1981. Pada usia 10 tahun ia sudah memulai karirnya sebagai peneliti dan penulis. Piaget sangat tertarik pada ilmu biology dan ia menulis paper tentang albino sparrow (burung gereja albino) yang semakin membuatnya tertarik untuk mendalami ilmu alam. 
Piaget memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1918 di universitas Neuchatel dalam bidang ilmu hewan. Pada tahun 1925 ia mulai menunjukkan minatnya pada bidang filsafat dan pada tahun 1929 ia diangkat menjadi profesor dalam "Scientific Thought" di Jeneva. Ia mulai terjun dalam dunia psikologi pada tahun 1940 dengan menjadi direktur laboratorium psikologi di Universitas Jeneva. Lalu kemudian ia juga terpilih sebagai ketua dari "Swiss Society for Psychologie".      
Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif) masih dianut oleh banyak orang sampai hari ini. Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang dilakukan Piaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dahulu ditemukan orang lain.
Selama masa jabatannya sebagai profesor di bidang psikologi anak, Piaget banyak melakukan penelitian tentang Genetic Epistemology (ilmu pengetahuan tentang genetik). Ketertarikan Piaget untuk menyelidiki peran genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan suatu mahakarya yang dikenal dengan nama Theory of Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif).
Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan.    

Carl Rogers (1902 - 1987)
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers  tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul "The Clinical Treatment of the Problem Child", yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University.  Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961). 

Erik Erikson (1902 - 1994)
Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley.
Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial.  Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.      
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan  Identity: Youth and Crisis (1968).

Burrhus F. Skinner (1904 - 1990)
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukemia. Skinner dibesarkan dalam keluarga sederhana, penuh disiplin dan pekerja keras.  Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga.  
Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris dan berharap bahwa dirinya dapat menjadi penulis. Semasa bersekolah memang ia sudah menulis untuk sekolahnya, tetapi ia menempatkan dirinya sebagai outsider (orang luar), menjadi atheist, dan sering mengkritik sekolahnya dan agama yang menjadi panutan sekolah tersebut. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia pindah ke Greenwich Village di New York City dan masih berharap untuk dapat menjadi penulis dan bekerja di sebuah surat kabar.   
Pada tahun 1931, Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar  doktor (Ph.D) untuk bidang yang sama. Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya. Meskipun Skinner tidak pernah benar-benar menjadi penulis di surat kabar seperti yang diimpikannya, ia merupakan salah satu psikolog yang paling banyak menerbitkan buku maupun artikel tentang teori perilaku/tingkahlaku, reinforcement dan teori-teori belajar. Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang tampak/terlihat. Oleh karena itu, ia juga tidak menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan hal tersebut merupakan suatu ide yang abstrak belaka. 
Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah  sebagai akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward & Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi, pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner menerima banyak kritik.

Abraham Maslow (1908 - 1970)
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.      
Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.  Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Hans Eysenck (1916 - 1997)
Hans Jurgen Eysenck dilahirkan di Berlin, Jerman, pada tahun 1916. Kedua orangtuanya adalah selebritis yang sangat berharap bahwa Eysenck kelak dapat menjadi seorang aktor. Pada usia 2 tahun Eysenck terpaksa dibesarkan oleh neneknya karena orangtuanya bercerai. Setelah tamat SMU Eysenck memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri karena ia merasa tidak senang dengan Regim Nazi. Ia memang meninggalkan Jerman  dan akhirnya menetap di Inggris, dimana ia memperoleh gelar Ph.D. di bidang psikologi dari University of London. Sejak saat itu ia telah menulis lebih dari 50 buku dan  600 artikel penelitian dengan berbagai topik. Oleh sebab itu, oleh para pengkritiknya ia sering dianggap sebagai seorang yang serba bisa dan ahli membuat teori (meskipun banyak juga teori yang didukung oleh hasil penelitiannya).      
Eysenck adalah seorang ahli teori biologi dan hal ini membuatnya terinspirasi untuk melakukan penelitian pada komponen-komponen biologis dari kepribadian. Dia mengatakan bahwa intelegensi merupakan sesuatu yang diturunkan sejak lahir. Ia juga memperkenalkan konsep ekstroversi (introversi-ekstraversi) dan neurotisme (neurotik-stabil) sebagai dua dimensi dasar kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik kepribadian dapat diuraikan berdasarkan dua dimensi tersebut, yang disebutnya dengan "Supertraits".  

Albert Bandura (1925 -     )
Albert Bandura dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University.                                             
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan  pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.

Sumber: http://www.allpsych.com.    

Selasa, 14 Desember 2010

Menjadi Seorang Pendidik Tidaklah Gampang

oleh Ramli, M.Pd


Syarat utama menjadi seorang guru perlu menguasai asas-asas didaktik (ilmu mengajar) agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Asas-asas didaktik yang harus dikuasai itu diantaranya adalah motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, lingkungan, dan kerja sama. Asas-asas tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi satu sama lainnya saling terkait atau saling mempengaruhi. Misalnya, motivasi belajar berkembang pada diri peserta didik, apabila mereka aktif (asas aktivitas), atau apabila guru menggunakan alat peraga (asas peragaan), atau mereka dibawa berkaryawisata ke luar sekolah (asas lingkungan).
Selain saling terkait, asas-asas itu juga berlaku untuk semua mata pelajaran, karena untuk mempelajari suatu mata pelajaran sudah barang tentu memerlukan motivasi atau dorongan untuk melaksanakan kegiatan, atau peserta didik harus mempunyai motivasi pada dirinya. Kegiatan pembelajan dalam suatu mata pelajaran harus ada interaksi antara pendidik dan peserta didik, interaksi tersebut akan efektif apabila peserta didik sendiri dengan aktif ikut serta dalam kegiatan pembelajaran. Begitu juga dengan peragaan, agar situasi belajar mengajar berjalan secara efektif perlu adanya alat peraga sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar, karena alat peraga mempunyai berbagai manfaat diantaranya sebagai pembangkit motivasi, menghemat waktu belajar, memantapkan hasil belajar, membantu anak yang ketinggalan, dan dapat menghilangkan verbalisme pada diri anak. Asas individualitas juga sangat dibutuhkan dalam mempelajari berbagai mata pelajaran, karena dalam kelompok belajar tentu akan terdapat keragaman individual peserta didik baik pada aspek kecerdasan, minat, sikap, motivasi belajar dan kebiasaan belajar, untuk itulah diperlukan asas individualitas agar dapat memberi pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap anak maju menurut kesanggupan masing-masing. Dan dalam mempelajari suatu mata pelajaran perlu pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, hal ini dapat dilakukan dengan membawa peserta didik ke dalam lingkungan untuk keperluan pelajaran, misalnya wawancara, karyawisata, dan sebagainya, atau dengan membawa sumber-sumber dari lingkungan atau masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran, misalnya mendatangkan nara sumber, atau menyelenggarakan pameran dan sebaginya. Selain asas-asas di atas dalam mempelajari suatu mata pelajaran parlu adanya kerjasama, baik antara guru dengan siswa maupun antara sesama siswa, misalnya dalam kegiatan kerja kelompok atau diskusi kelas.
Selain menguasai ilmu didaktik, seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk (a) menciptakan suasana pendidikan  yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Terkait dengan ketiga kewajiban pendidik ini, dapat dijelaskan melalui suatu ilustrasi berikut ini :
Guru dalam interaksi belajar mengajar berfungsi sebagai subjek yang membimbing siswa. Dan guru, dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer dan lain sebagainya. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.  Untuk itu guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan dari siswa yang diajarnya akan tetapi sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Maka dari itu, guru sekurangnya harus berperan sebagai pengajar/instructional, pendidik/educational, dan pemimpin/managerial.
Sebagai pengajar guru harus memiliki keahlian khusus yaitu keterampilan mengajar, mengorganisasi lingkungan dalam kaitannya dengan siswa dan bahan pelajaran sehingga terjadi proses pembelajaran yang baik. Ia harus menyusun program pengajaran untuk jangka waktu tertentu, mengembangkan dan mengelola materi sehingga menimbulkan pengalaman belajar pada siswa, menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya proses pembelajaran, mengembangkan evaluasi yang tepat sehingga dapat mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Sebagai pendidik, guru mempunyai tanggungjawab moral dalam membantu siswanya belajar dan berkembang ke arah kedewasaan menjadi pribadi mandiri, bertanggungjawab, bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan norma kehidupan. Guru perlu mengenal dan memahami siswa dan permasalahannya, bekerja sama dengan guru lain dan orang tua serta konselor atau staf ahli yang membantu perkembangan anak secara optimal sesuai kemampuannya.
Sebagai pemimpin guru harus jadi teladan/contoh, motivator,  dan pembimbing, misalnya kalau guru melarang siswanya merokok, guru terlebih dahulu harus mampu menunjukkan bahwa dia bukanlah seorang perokok. Dengan gaya kepemimpinan (otoriter, laizerfair, demokratis) yang digunakan secara tepat, guru dapat menciptakan suasana kondusif dan dinamis untuk belajar dengan baik, misalnya guru bisa mengajak para siswanya untuk bercanda, melucu, dan tertawa bersama.
Sebagai seorang yang profesional seorang guru harus memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang studi yang diajarkanya, dan memiliki komitmen untuk senantiasa meningkatkan kualitas keilmuannya, baik dengan mengikuti pendidikan lebih lanjut, seminar-seminar, maupun pelatihan-pelatihan. Guru juga harus mampu berinteraksi sosial secara positif dengan orang lain, baik sesama guru, pimpinan sekolah, orang tua murid, murid dan berbagai pihak lainnya, hal ini dapat dilakukan guru dengan mengikuti berbagai kegiatan kemasyarakatan atau ikut serta dalam berbagai organisasi yang ada di lingkungannya. Dan  guru harus memiliki karakteristik pribadi yang mantap atau akhlak mulia, sebagai suri tauladan, atau figur moral bagi peserta didik, sifat yang harus dimiliki diantaranya ikhlas, sabar, jujur, rendah hati, disiplin, istiqamah, respek (hormat menghormati), antusias (bersemangat), dan memiliki motif yang tinggi untuk terus belajar, mencintai dan menyayangi anak didik, bersikap ramah, lemah lembut, adil, bertutur kata yang sopan, berpenampilan sederhana (sopan dan bersih), mau bekerja dengan orang lain dan bersikap percaya diri.
Terkait dengan karakteristik pribadi guru, Ngalim Purwanto (2003) mengemukakan sikap dan sifat-sifat baik yang harus dimiliki guru yaitu : adil, percaya dan suka kepada murid-muridnya, sabar dan rela berkorban, memiliki kewibawaan (gezag) terhadap anak, penggembira, bersikap baik kepada guru-guru lainnya, bersikap baik kepada masyarakat, benar-benar menguasai mata pelajaran, suka kepada mata pelajaran yang diberikannya, dan berpengetahuan luas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan hasilnya efektif
1.   Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
2.   Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)
3.   Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4.   Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
5.   Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Selain itu, perlu dipahami bahwa proses pembelajaran berlangsung melalui tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berbagai aspek yang harus diperhatikan agar pembelajaran berlangsung dengan lancar dan hasilnya efektif diantaranya aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotor (keterampilan) yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dan perlu juga diperhatikan waktu yang tersedia, metode yang akan digunakan dan tingkat kesulitan materi pelajaran.
Berikut ini adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran :
1. Menyusun Perencanaan Pembelajaran
(a) Menelaah tujuan mata perlajaran yang diampunya, berikut dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
(b) Merumuskan  indikator-indikator  yang  sesuai dengan setiap KD yang ada.
(c) Menyusun silabus dan RPP.
(d) Mempersiapkan   materi   pelajaran   dan   sumber-sumber   yang    relevan.
(e) Menelaah metode pembelajaran yang tepat.
(f) Mempersiapkan alat peraga (media pendidikan).
(g) Menyusun instrumen evaluasi (tes prestasi belajar).
2. Melaksanakan Pembelajaran.
(a) Apersepsi   (mengaitkan materi pelajaran yang terdahulu dengan pelajaran yang baru, yang akan disampaikan).
(b) Penyajian materi pelajaran (presentasi).
(c) Resitasi
(d) Evaluasi
3. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
(a) Menyusun instrumen tes (tertulis, lisan, atau praktik; uraian, atau objektif).
(b) Menggandakan tes yang telah disusun.
(c) Melaksanakan tes.
(d) Mengolah hasil tes setiap siswa.
(e) Menginformasikan hasil tes kepada siswa.
(f) Mengadministrasikan hasil tes.

Inilah sekelumit tugas dan tanggungjawab yang harus diemban oleh seorang guru agar proses pembelajaran berlangsung dengan lancar dan hasilnya efektif, semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan kita semua bahwa jadi guru itu tidak segampang yang dibayangkan oleh banyak orang.




Pentingnya Mempelajari Pedagogik Bagi Calon Pendidik.


oleh : Ramli, M.Pd 


Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa  melalui bimbingan yang optimal terhadap anak-anak (peserta didik) dengan tujuan ke arah pendewasaan.
Maksudnya adalah pendidikan itu harus merupakan suatu usaha sadar, memiliki makna bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang matang, mantap, sistemik, menyeluruh, berjenjang berdasarkan pemikiran yang rasional objektif disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Dan dalam pendidikan itu harus  adanya unsur kesengajaan dalam penerapannya. Pendidikan tidak akan bermakna atau berhasil dengan baik kalau dilaksanakan dengan main-main tanpa keseriusan atau kesadaran dalam penyelenggaraannya.
Selain itu, pendidikan itu dilakukan oleh orang dewasa. Dewasa di sini bukan hanya dari segi usia, tetapi dewasa dalam artian yang luas, yang meliputi pengetahuan, keahlian, sikap dan tingkah laku. Mustahil pendidikan dapat dilakukan oleh orang yang tidak berilmu, atau tidak mempunyai suatu pengetahuan atau keahlian tertentu. Dan pelaku pendidikan harus mempunyai sikap dan tingkah laku yang dapat dijadikan teladan oleh peserta didiknya.
Dalam melaksanakan suatu proses pendidikan haruslah dilakukan dengan bimbingan yang optimal oleh pendidik terhadap peserta didik. Bimbingan yang dimaksud dimaknai sebagai pemberian bantuan, arahan, petunjuk, nasehat, penyuluhan, dan motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam mengembangkan kemampuannya. Cara yang terbaik ditempuh adalah dengan jalan memberikan pengertian dan kasih sayang kepada peserta didik. Dengan bimbingan yang baik makna pendidikan akan lebih dirasakan oleh peserta didik.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengembangkan kemampuan atau potensi individu peserta didik sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya di masa yang akan datang, baik fisik, intelektual, emosional, sosial, moral dan spiritual.
Tujuan pendidikan ke arah pendewasaan. Maksudnya di sini adalah ke arah pembentukan kepribadian manusia, yaitu pengembangan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk religius. Jadi pendidikan itu harus mampu/bercita-cita menjadikan manusia (perserta didik) menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang baik, mampu beriteraksi dengan sesama, bersusila, dan memiliki nilai-nilai keagamaan dalam kehidupannya.
Seorang calon pendidik baik guru maupun dosen perlu mempelajari pegagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) karena :

  1. Seorang guru mempunyai peranan, tugas, dan tanggungjawab sebagai pendidik (educator) dan sebagai pengajar (teacher). Dalam arti yang lebih luas, guru dikatakan sebagai pendidik mempunyai peran dan tugas sebagai :
Ø  Konservator (pemelihara) sistim nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistim nilai ilmu pengetahuan.
Ø  Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
Ø  Transpormator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya melalui proses interaksi dengan peserta didik.
Ø  Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan secara formal dan moral.

Dalam arti terbatas, guru mempunyai peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai :
Ø  Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.
Ø  Pelaksana (organizer) yang harus menciptaan situasi, memimpin, merangsang menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan pembelajaranasesuai dengan rencana.
Ø  Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan pembelajaran.

Baik dalam kondisi sebagai pendidik maupun pengajar, seorang guru harus memperoleh pemahaman tentang peran, tugas, tanggungjawab, dan sosok pribadi yang seyokyanya dimiliki atau diperankan oleh seorang pendidik sehingga guru menjadi suri tauladan, motivator, dan pengarah terjadinya perkembangan potensi peserta didik secara optimal. Untuk itu diperlukan pedagogik (ilmu mendidik) dari seorang guru/calon guru.

  1. Pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan profesi yang berhubungan dengan manusia (peserta didik) yang bertujuan agar anak didik mampu mengembangkan potensi dirinya dan menyelesaikan tugas-tugas hidupnya. Untuk menggali dan mengembangkan potensi dari peserta didik tersebut diperlukan keprofesionalan seorang guru. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari pedagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan).   
  2.  Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu seorang calon pendidik (guru) harus mengetahui bagaimana mendidik (membimbing, mengajar, melatih) peserta didik secara profesional untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Implikasinya, bahwa seorang guru/calon guru harus mempelajari ilmu tentang mendidik yakni ilmu pendidikan.  

Perlu kita ketahui bahwa pedagogik merupakan ilmu empiris, rohaniah, normatif, dan praktis.
       Empiris   maksudnya ilmu pendidikan objeknya dijumpai di dunia pengalaman. Menurut Langeveld dan Driyakarya objek pedagogi  adalah fenomena pendidikan, sedangkan Jusuf Djajadisastra dan Sutarja berpendapat bahwa objek ilmu pendidikan itu adalah tindakan pendidikan. Jadi dari dua pendapat tersebut dapat  disimpulkan bahwa segala yang terjadi dalam proses pendidikan (dilihat, dirasakan,  dihayati, dan dieskpresikan) merupakan objek dari ilmu pendidikan.  Contoh, seorang guru mengajarkan bahwa setiap akan melakukan suatu kegiatan diawali dengan doa. Maka dalam kegiatan sehari-hari guru harus selalu membiasakan para siswanya untuk selalu berdoa sebelum memulai suatu pekerjaan, misalnya setiap akan belajar diawali dengan doa bersama, setiap akan mengerjakan sesuatu siswa selalu diingatkan agar berdoa terlebih dahulu. Jadi dengan pembiasaan tersebut akan tertanam dalam diri siswa pentingnya doa sebelum memulai suatu pekerjaan. 
  
     Rohaniah   maksudnya  suasana pendidikan itu didasarkan pada hasrat manusia untuk menafsirkan hakekat peserta didik secara tepat, yaitu bukan semata-mata objek alam, dan untuk tidak membiarkan peserta didik pada nasibnya menurut alam, melainkan sebanyak-banyaknya sebagai hasil kegiatan rohaniah manusia. Contoh, jika menjumpai siswa yang malas, lalai, atau tida bersemangat dalam belajar, maka guru tidak boleh membiarkan begitu saja. Guru harus dapat membimbingnya ke arah perubahan tingkah laku yang baik, misalnya dengan memberikan dorongan, nasehat, saran, dan motivasi agar ia dapat merubah sikap malasnya tersebut. Kalau hal ini berhasil dilakukan oleh guru, maka ilmu pendidikan berhasil menunjukkan  sebagai hasil kegiatan rohaniah manusia.
 
     Normatif maksudnya ilmu pendidikan didasarkan pada pemilihan antara yang benar dan yang salah, atau baik dan tidak baik untuk peserta didik dan untuk manusia pada umumnya. Contoh, dalam suatu kegiatan belajar guru meminta siswa untuk menunjuk atau melakukan sesuatu, ada beberapa siswa yang selalu menggunakan tangan kirinya dalam menunjuk dan melakukan sesuatu misalnya bersalaman, memanggil dengan melambaikan tangan kirinya, dan sebagainya. Karena hal itu dianggap kurang baik dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku maka guru berusaha memberi penjelasan dan bimbingan terhadap siswa tersebut, sehingga mereka menyadari kekeliruan yang diperbuat dan akhirnya terbiasa menggunakan tangan kanannya dalam setiap aktifitas. Dari contoh tersebut jelas ilmu pendidikan itu didasarkan pada pemilihan yang baik dan benar untuk peserta didik.

     Praktis maksudnya bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari bagaimana seharusnya bertindak. Contoh, seorang guru agama yang mengajarkan tentang keistimewaan shalat berjamaah, sebaiknya selain mengajar secara teoritis si-guru mengajak siswanya untuk melaksanakan shalat berjamaah setiap masuknya waktu shalat, misalnya shalat berjamaah sebelum pulang. Atau paling kurang guru menganjurkan pada peserta didik agar melaksanakan shalat berjamaah setiap shalat di rumah atau di mesjid.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa seorang guru / calon guru haruslah memiliki ilmu pedagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) agar pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan harapan kita semua. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang mendorong hal ini agar dalam perekrutan guru selalu memperhatikan latar belakang pendidikan seseorang. Bisakah ini terwujud???


Kamis, 09 Desember 2010

Pelangi Hati: KOMPETENSI GURU

Pelangi Hati: KOMPETENSI GURU: "KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR MENUJU GURU PROFESIONAL Oleh: Sri Hendrawati, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana, guru ..."

Sekedar Hiburan