Selasa, 08 November 2011

Konsep dan Panduan Pelaksanaan Untuk Memfasilitasi Perkembangan Emosional dan Sosial Anak Usia Dini


Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang dapat memungkinkan mereka untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing, serta fasilisator bagi anak. Melalui proses pendidikan seperti ini diharapkan dapat menghindari bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak dan dominasi guru sehingga menjadikan anak pasif.
            Praktik pendidikan yang berorientasi pada perkembangan sosio-emosional anak dapat dilakukan guru dengan:
1.      Memfasilitasi perkembangan self control pada anak dengan menggunakan teknik-teknik bimbingan yang positif seperti dengan memberikan contoh dan mendorong perilaku-perilaku yang diharapkan, mengarahkan kembali anak pada suatu aktivitas yang lebih dapat diterima dan merancang batasan-batasan yang jelas. Harapan-harapan guru cocok dengan dan menghargai kemampuan-kemampuan anak yang berkembang.
2.      Anak banyak diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial seperti bekerja sama, membantu, bernegosiasi, dan berbicara dengan orang yang terlibat dalam pemecahan masalah-masalah interpersonal. Guru memfasilitasi perkembangan keterampilan-keterampilan sosial yang posistif ini sepanjang waktu.
            Pada rentang usia ini anak mengalami masa yang sangat berharga atau yang disebut dengan masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai ransangan. Masa peka masing-masing anak berbeda-beda,seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis, anak telah siap menerima stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional, dan spiritual.
Menurut Solehudin (2000: 56) fungsi dari pendidikan anak usia dini pada prinsipnya ada lima, yang saling berkaitan satu sama lainnya yaitu: pengembangan potensi, penanaman dasar-dasar akidah dan keimanan, pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, dan pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Sedangkan  prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan  pendidikan anak usia dini diantaranya: Pertama, setiap anak itu unik. Tidak ada dua anak yang persis sama sekalipun mereka kembar. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat, dan minat sendiri. Mereka tumbuh kembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman, dan latar belakang keluarga yang berbeda. Kedua, anak usia 2-6 tahun adalah anak yang senang bermain. Bagi mereka bermain adalah cara mereka belajar. Untuk itu kegiatan bermain harus dapat memfasilitasi keberagaman cara belajar dalam suasana senang, sukarela dan kasih sayang dengan memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar. Dan yang ketiga, pendidik yang bertugas dalam kegiatan bermain adalah pendidik yang memiliki kemauan dan kemampuan mendidik, memahami anak, bersedia mengembangkan potensi yang dimiliki anak, penuh kasih sayang dan kehangatan serta bersedia bermain dengan anak.       
            Sebelum merumuskan konsep belajar yang dapat memfasilitasi perkembangan anak usia dini, terlebih dahulu kita arus memahami siapa anak usia dini itu, bagaimana mereka berkembang dan belajar.
Bredecamp & Copple (Solehuddin, 2004: 72) mengungkapkan bahwa secara garis besar karakteristik berpikir anak usia dini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.      Berpikir simbolik (symbolic thought). Berpikir simbolik adalah kemampuan anak untuk mempresentasikan obyek, tindakan dan peristiwa-peristiwa secara mental atau simbolik.
2.      Egosentrisme, pemokusan perhatian dan kekonkritan (egosentrism, centration, and concentreness).
3.      Nalar (reasoning). Pada usia sekitar 3-5 tahun anak sering bernalar dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang khusus lagi.
4.      Perolehan konsep (concept acquisition). Anak usia dini mengorganisasikan informasi menjadi konsep berdasarkan atribut-atribut yang mendefinsikan suatu obyek atau ide dan juga mendeskripsikan konsep tersebut berdasarkan tampilan dan tindakannya.
5.      Klasifikasi (classification). Antara 3-5 tahun anak menunjukkan minat yang meningkat terhadap penjumlahan dan kuantitas serta aktivitas mencocokkan dan mengklasifikasi yang lebih kompleks.
6.      Kemampuan memproses informasi (information processing). Pada usia dini, perhatian dan memori anak belum sepenuhnya berkembang sehingga menyebabkan adanya keterbetasan dalam kemampuan mereka untuk bernalar dan memecahklan masalah.
7.      Kognisi sosial (social cognition). Interaksi sosial memainkan peran  penting dalam perkembangan kognisi anak.
8.      Kreativitas (creativity). Belahan otak kanan (yang sangat berkaitan dengan imajinasi dan kreativitas) merupakan cara berpikir dan belajar yang sangat dominan pada masa usia dini, khususnya pada usia sekitar dua tahun pertama. Ini berarti bahwa berpikir kretaif itu merupakan sesuatu yang sangat potensial untuk berkembang pada sekitar usia tersebut bila orang tua dan pendidik lainnya dapat menyediakan lingkungan dan perlakuan pendidikan yang tepat bagi anak.
Jean Piaget mengemukakan karakteristik anak usia dini dengan memberikan penekanan pada tahapan perkembangan kognitif anak yang terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional, dan tahap operasional konkret
Selanjutnya Solehudin menjelaskan bahwa suatu reviu yang sangat komprehensif yang dilakukan oleh Bredecamp dan Copple (1997) menyimpulkan bahwa secara umum cara perkembangan dan belajar anak berlangsung dalam prinsip-prinsip berikut:
o   Perkembangan berlangsung dari suatu keseluruhan ranah fisik, kofnitif, dan sosio-emosi yang saing terjalin dan perkembangan dalam satu ranah berpengaruh terhadap dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam ranah-ranah yang lain.
o   Perkembangan terjadi dalam satu urutan yang relatif dapat diprediksi serta abilitas, keterampilan, dan egetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa yang sudah diperoleh terdahulu.
o   Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi anatar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.
o   Pengalaman-pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.
o   Terdapat peride-periode optimal untuk perkembangan dan belajar tertentu.
o   Perkembangan dan belajar berlangsung ke arah kompleksitas, kekhususan, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat.
o   Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh koteks sosial dan kultural anak.
o   Anak adalah pemeljara aktif yang mampu membangun pemahamannya tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik dan sosialnya serta dari pengetahuan yang diperoleh secara kultural
o   Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan yangmencakup lingkungan fisik dan sosial tempat anak tinggal.

o   Bermain merupakan sarana yang penting bagi perkembangan dan belajar anak.
o   Perkembangan dapat mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan jugaketika mereka mengalami tantangan di atas level penguasaannya saat ini.
o   Anak memiliki cara dan keunggulan yang berbeda dalam belajar.
o   Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang menghargai, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman beik secara fisik maupun psikologis.
Dengan memahami pemahaman di atas maka konsep untuk pelaksanaan pendidikan anak usia dini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Arah dan sasaran
    Pendidikan anak usia dini hendaknya terarah pada pengembangan segenap aspek potensi dan kemampuan anak sesuai dengan ajaran agama mereka (Islam) dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.
Melalui pendidikan ank usia dini anak diharapkan:
o   Dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara sehat dan optimal (agama, intelektual, sosial, emosi,dan fisik)
o   Memiliki dasar-dasar aqidah yang benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
o   Memiliki sikap dan kebiasaan perilaku yang diharapkan.
o   Menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya.
o   Memiliki motivasi dan sikap belajar yang positif.

2. Bahan dan Perlengkapan Pendidikan
Bahan dan peralatan yang digunakan adalah yang dipandang cocok bagi anak yaitu:
o   Sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks sosial-kultural anak.
o   Bervariasi, kaya, dan seimbang sehingga memenuhi segenap aspek perkembangan anak.
o   Bermamfat dan menarik bagi anak.
o   Aman dan sehat bagi anak.

3. Karakteristik Program
Program pendidikan untuk anak usia dini harus sesuai dengan karakteristik dan cara belajar anak. Secara umum program PAUD hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
o   Tidak terstruktur, program dirancang dan disajikan secara tidak kaku, tetapi sifatnya lebih informal sebagai kegiatan keseharian.
o   Terintegrasi, program disajikan sebagai suatu aktivitas belajar yang terintegrasi, tidak dipilah-pilah dalambentuk mata pelajaran.
o   Emergent, program diselenggarakan dengan memperhatikan apa yang secara kontekstual terjadi dalam interaksi pendidikan dengan anak.
o   Pengalaman langsung, program harus menekankan aktivitas konkrit dan pengalaman langsung dari anak.
o   Melalui suasana bermain dan menyenangkan, interaksi pendidikan diupayakan terjadi dalam suasana bermain dan menyenangkan bagi anak.
o   Responsif, program yang dirancang harus dapat memperhatukan perbedaan individual anak baik dalam hal kecakapan, minat, dan aspek-aspek lainnya.

4. Komunikasi dan Interaksi Pendidikan
Komunikasi dan interaksi pendidikan dibangun berlandaskan saling menghormati bukan saling merendahkan; keaslian dan kejujuran bukan pura-pura; kasih sayang bukan kekerasan; tanggungjawab bukan hukuman yang dipaksakan; terbuka dan logis sesuai dengan kemampuan berfikir anak dan nilai-nilai budaya setempat bukan tertutup atau menghindar, serta terbebas dari hal-hal yang menyesatkan secara aqidah.

5. Penilaian
Dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini penilaian hendaknya bersifat menyeluruh baik terhadap proses maupun hasilnya serta mencakup segenap aspek perkembangan dan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Selain itu sistem penilaian hendaknya lebih ditekankan penggunannya secara autentik dan natural. Dalam sistem ini, penilaian dilakukan dengan cara menilai performan-performan anak yang bermakna dan karya-karya anak yang terkiat langsung dengan masalah-masalah dunia nyata.

6. Kerjasama Guru dan Orangtua
Dalam penyelengaraan pendidikan untuk anak usia dini guru dan orangtua (masyarakat) hendaknya berperansebagai partner. Guru dan orangtua menalin komunikasi dan kolaborasi yang erat dan sejalan serta sama-sama bertanggung jawab atas keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan anak sesuai dengan posisi dan peran masing-masing.

Untuk mengetahui bagaimana panduan pelaksanaan pembelajaran yang dapat memfasilitasi perkembangan emosional dan sosial anak usia dini terlebih dahulu kita ketahui bagaimana anak itu belajar.
Djadja Djainuri (Masitoh, 2005) mengemukakan bahwa belajar anak berbeda dengan belajar orang dewasa karena anak belajar setiap saat. Prinsip-prinsip belajar anak adalah:
  1. Anak adalah pembelajar aktif.  Ketika bergerak anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesempatan untuk belajar. Anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai alat untuk belajar. Anak secara energik mencari cara untuk menghasilkan potensi maksimal.
  2. Belajar anak dipengaruhi oleh kematangan. Guru harus memahami bagaimana kematangan anak dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi kematangan tersebut.
  3. Belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan. Tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga lingkungan belajar.
  4. Anak belajar melalui kombinasi lingkungan fisik, sosial dan refleksi. Dengan pengalaman tersebut anak memperoleh pengetahuan. Tugas guru disini adalah bagaimana menyediakan lingkungan ang memungkinkan anak memperoleh pengalaman fisik, sosial dan mampu merefleksikannya.
  5. Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada yang tipe visual, tipe auditif, dan tipe kinestetik.
  6. Anak belajar melalui bermain. Melalui bermain anak dapat memahami menciptakan memanipulasi simbol-simbol dan melakukan percobaan dan peran-peran sosial.

Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa pembelajaran di bagi anak usia dini harus menerapkan esensi bermain. Esensi bermain meliputi perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif. Prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif, dan demokratis. Karena dengan bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap. Melalui kegiatan bermain bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegitan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya.
Berkenaan dengan hal ini, National Association for the Education of Young Children Amerika Serikat (NAEYC) menerbitkan suatu panduan pendidikan bagi anak dini (usia 8 tahun ke bawah) yang salah satunya menekankan penerapan bermain (temasuk bernyanyi dan bercerita) sebagai lat utama belajar anak. sejalan dengan itu di Indonesia pun kebijakan pemerintah dibidang pendidikan anak usia dini juga menganut bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Dalam menerapkan bermain sebagai bagian dari pembelajaran untuk anak usia dini, guru perlu mengetahui prosedur dan langkah-langkah yang harus ditempuh. Berikut ini diuraikan contoh panduan pelaksanaan (prosedur pelaksanaan) penerapan pembelajaran melalui bermain.
 
1. Rancangan Kegiatan Bermain
Rancangan kegiatan bermain meliputi penentuan  tujuan dan tema kegiatan bermain; macam kegiatan bermain; tempat dan ruang bermain; bahan dan peralatan bermain; dan urutan langkah bermain.
a.       Menentukan tujuan dan tema kegiatan bermain
Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah untuk meningkatkan pengembangan seluruh aspek perkembangan, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan sosial. Kegiatan akan memberikan hasil yang optimal jika kegiatan ini dirancang dengan seksama. Misalnya, tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan bermain setelah anak-anak melakukan kegiatan bermain dapat menguasai cara mengkreasi sesuatu, membangun, dan bekerja sama.
b.      Menentukan jenis kegiatan bermain
Jenis kegiatan yang dipilih adalah bermain kreatif dengan menggunakan media pasir. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran. Setiap sesi hanya melibatkan 4/5 orang anak. Sisanya melakukan kegiatan lain di bawah pengawasan guru lain.
c.       Menentukan tempat dan ruang bermain
Tempat dan ruang bermain dapat dilakukan di dalam dan di uar ruang. Untuk kegiatan bermain dalam rangka mengembangkan kemampuan kreatif, sebagaimana ditentukan dalam tujuan dan tema yang dipilih, yaitu kegiatan bermain kreatif membangun pasir maka kegiatan bermain tersebut cocok dilakukan di luar kelas.
d.      Menentukan bahan dan peralatan bermain
Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang diperlukan perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap, agar pada saat melakukan kegiatan bermain guru tidak lagi mencari bahan atau alat yang belum tersedia.
e.       Menentukan urutan langkah bermain
Sebelum menentukan urutan langkah bermain, sesuai dengan jenis bermain yang sudah ditetapkan, maka perlu ditetapkan pula kegiatan yang harus dilaksanakan oleh anak-anak yang terlibat dalam permaianan. Kualitas pelaksanaan kegiatan bermain banyak dipengaruhi oleh rancangan kegiatan bermain yang telh disusun. Hasil pelaksanaan kegiatan bermain merupakan masukan bagi guru untuk mengadakan perbaikan dan pengembangan rancangan bermain yang telah disusun.  

2. Pelaksanaan Kegiatan Bermain
Pelaksanaan kegiatan bermain dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.      Kegiatan Prabermain
Pada tahap ini terdapat dua macam kegiatan persiapan yaitu:
1)  Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain yang meliputi:
o   Guru mengkomunikasikan tujuan kegiatn bermain kepada siswa
o   Guru mengkomunikasikan batasan-batasan yang harus dipatuhi siswa.
o   Guru menawarkan tugas pada masing-masing anak.
o   Guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melaksanakan tugasnya.
2) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untk dipergunakan.
b.      Kegiatan Bermain
Tahap ini terdiri dari rangkaian kegiatan yang dilakukan, misalnya
o   Semua anak menuju ke tempat kegatan bermain yang akan dilaksanakan.
o   Dengan bimbigan guru, setiap peserta permainan mulai melaksanakan tuganya masing-masing.
o   Semua anak mengumpulkan dan membersihkan peralatan bermain yang digunakan.
o   Apabila sudah selesai anak mencuci tangan.
c.       Kegiatan Penutup
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dari seluruh langkah kegiatan bermain, yang meliputi:
o   Menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam kegiatan bermain.
o   Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain dengan pengalaman bersama orang tua mereka.
o   Menunjukkan aspek penting dalam bekerja secara kelompok.
o   Menekankan pentingnya kerjasama.
d.      Evaluasi Kegiatan Bermain
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan kegiatan bermain yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang dapat berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan evaluasi adalah:
1). Menentukan apa yang akan dievaluasi, siapa yang akan dievaluasi serta dalam situasi apa akan dievaluasi.
2). Menentukan tujuan evaluasi secara jelas.
3). Menentukan cara memperoleh data evaluasi.
4). Mengetahui kegunaan evaluasi yang diperoleh.
5). Menyatakan tujuan kegiatan secara jelas.
6). Menggunakan   hasil   evaluasi   kegiatan   untuk   dimanfaatkan   bagi peningkatan lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Sekedar Hiburan