Kamis, 14 Oktober 2010

Prinsip dan Kompetensi yang Harus Diketahui Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun  2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.     
Orientasi pendidikan disini diarahkan untuk mengembangkan aktifitas siswa dalam belajar. Aktif untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Tugas gurulah untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk aktif di dalamnya.                                   Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
1.      Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
2.      Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
3.      Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu mungkin hanya dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning)
4.      Menantang
Proses pembelajaran adalah yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Adapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir (learning to learn) dan (learning how to do)
5.      Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran

Perubahan kurikulum sudah mulai terjadi sejak tahun 1975, yang berorientasi pada tujuan pengajaran. Kemudian kurikulum ini direvisi pada tahun 1984, 1986, 1994, 1999,  yang kemudian tahun 2004 direvisi lagi yang kita kenal dengan Kurikilum Berbasis Kompetensi (KBK). dan mulai tahun 2006 berubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kesemua perubahan kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.
Usaha pemerintah patut kita dukung secara optimal. Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan dari cara guru melaksanakan pembelajaran, masyarakat dan siswa itu sendiri. Suatu kenyataan yang kita hadapi, bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada siswa (peserta didik) yang tidak termotivasi atau kurang semangat dalam menerima pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar. Biasanya mereka lebih pasif dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Mereka lebih banyak diam dan kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya.
Mengapa semua ini dapat terjadi? Apakah guru sudah mengoptimalkan cara mengajarnya? Apakah kita sebagai guru sudah menggunakan model, strategi, dan metoda yang optimal?
Kita sadari bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai kompetensi. Diantaranya adalah kompetensi membelajarkan atau kompetensi mengajar.
Kompetensi mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan 8 kompetensi mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu kompetensi bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap kompetensi mengajar tersebut harus utuh dan terintegrasi sehingga diperlukan latihan yang sistematis.
Pada umumnya prestasi siswa dalam belajar tidak lepas dari peranan dan dukungan orang tuanya. Namun, di sekolah gurulah yang mempunyai andil dalam keberhasilan siswa / anak didiknya. Bagi anak yang kurang motivasi atau “kurang semangat” dalam menerima pelajaran, sangat membutuhkan sekali bantuan dan bimbingan, motivasi serta perhatian yang lebih dari guru dibandingkan dengan siswa lainnya.
Disini penulis mencoba menjelaskan bahwa dengan memahami berbagai kompetensi mengajar seorang guru akan dapat menimbuhkan minat siswa dalam belajar sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang  sesuai dengan yang diharapkan, khususnya bagi anak yang kurang semangat dalam menerima pelajaran.
               Bertolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan tulisan ini meliputi :
  1. Permasalahan-permasalahan apakah yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran?
  2. Prinsip-prinsip apakah yang perlu dikuasai dan diterapkan guru dalam pembelajaran?
  3. Kompetensi apakah yang perlu dimiliki guru agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

A.  Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Salah satu cara guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal adalah dengan mengembangkan strategi pembelajaran secara efektif dan efesien. Pengembangan strategi pembelajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga mereka termotivasi dan dapat belajar dengan menyenangkan serta dapat meraih prestasi yang memuaskan.
Davis (1971) mengungkapkan bahwa mengajar merupakan suatu aktifitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi mencakup pengambilan keputusan.  Untuk itu  guru harus dapat menciptakan strategi yang baik agar siswa termotivasi untuk belajar.
Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan merupakan model pembelajaran yang inovatif untuk peningkatan partisipasi siswa dalam mengikuti berbagai mata pelajaran. Namun biasanya tidak semua siswa berpatisipasi dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
                        Ada beberapa permasalahan siswa yang sering dijumpai dalam pembelajaran diantaranya:
1.      Siswa kurang termotivasi dan kurang berani untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain.
2.      Siswa kurang motivasi dan kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri.
3.      Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

Penyebab rendahnya motivasi dan partisipasi siswa di atas tidak bisa hanya dibebankan kepada para siswa semata, tetapi guru pun harus bertangungjawab. Sebagai guru hendaknya menyadari kekeliruan yang selama ini yang mungkin tanpa sengaja kita lakukan, sehingga menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar. Menurut Mulyasa (2007) ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru yaitu (1) Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, (2) Menunggu peserta didik berprilaku negatif, (3) Menggunakan destructive dicipline, (4) Mengabaikan perbedaan peserta didik, (5) Merasa paling pandai, (6) Tidak adil atau diskriminatif, dan (7) Memaksa hak peserta didik.
Selain melakukan berbagai kesalahan yang diuraikan di atas, kurangnya motivasi siswa dalam belajar mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan guru tentang prinsip-prinsip yang perlu diterapkan dalam pembelajaran serta kompetensi yang harus dimilikinya.

B.  Prinsip-prinsip Yang Perlu Diterapkan Dalam Pembelajaran          
            Agar pembelajaran berjalan dengan baik dan maksimal seorang guru harus dapat merekayasa lingkungan untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Untuk melakukan hal tersebut seorang guru perlu menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagaimana akan diuraikan di bawah ini.

a. Prinsip Perhatian dan Motivasi
Peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah perhatian. Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Mengingat begitu pentingnya faktor perhatian, maka dalam proses pembelajaran hal ini menjadi modal awal  yang harus dikembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal.
Menurut Gagne dan Berliner (Muhammad Ali, 2007), berdasarkan kajian teori belajar pengolahan informasi mengungkapan bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar.
Perhatian dapat muncul secara spontan dan karena direncanakan. Dalam pembelajaran perhatian siswa akan muncul apabila pelajaran yang diberikan merupakan bahan pelajaran yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa. Jika perhatian spontan atau alami tidak muncul, maka tugas guru untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut H.L. Petri (Muhammad Ali, 2007) “motivation is the concept we use when we describe the forces acting on or within an organism to intiate and direct behavior”. Motivasi dapat bersifat internal (instrisik) atau muncul dari dalam diri sendiri dan dapat bersifat eksternal (ekstrinsik) yaitu stimulus yang muncul dari luar diri.
Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mampu menumbuhkembangkan motivasi belajar siswanya.

b. Prinsip Keaktifan
John Dewey menyatakan bahwa ”belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya. Jadi belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya aan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
 Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif, tidak hanya sekedar merespon informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi informasi yang diterima. Berdasaran kajian teori tersebut bahwa siswa sebagai subjek belajar memilii sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan dan melalukan transformasi.ke dalam kehidupan yang lebih luas.
Beraitan dengan uraian di atas maka dalam pembelajaran guru harus bisa merekayasa sedemikian rupa agar terjadi ativitas belajar pada siswa.

c. Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
        Edgar Dale dengan penggolongan pengalaman belajarnya atau yang lebih dikenal dengan kerucut pengalaman belajar, menyatakan bahwa “belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung”. Idealnya dalam pembelajaran harus terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan hanya sekedar proses menghafal sejumlah konsep, prinsip, atau fakta. Untuk itu seorang guru harus dapat melibatan siswa secara maksimal dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakannya.
        Pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif,hal ini sesuai dengan pernyataan         I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand.

d. Prinsip Pengulangan
        Menurut teori psikologi daya, manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya dengan pengulangan.
        Edward L. Thordike dalam kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar yaitu “Law of effect, law of exercise, and Law of  readines”  dimana teori ini menekankan tentang pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar. Oleh sebab itu seorang guru dalam menyajikan proses pembelajaran harus dapat melakukan proses pengulangan pada siswanya.

e. Prinsip Tantangan
        Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi, sebab dengan pembelajaran yang demikian akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep, prinsip dan generalisasi tersebut. Untuk itu seorang guru perlu mengemas pembelajaran yang menantang, misalnya pembelajaran yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan oleh siswa.
        Bila kita lihat dari segi metode pembelajaran, maka metode yang dipandang sesuai dengan prinsip tantangan ini adalah metode eksperimen, inkuiri/diskoveri, pemecahan masalah, diskusi, dan sejenisnya.

f. Prinsip Balikan dan Penguatan
        Menurut Thordike, sesuai dengan hukum Law of Effect siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apabila hasil yang baik, merupan balikan yang menyenangan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun menurut Skinner dorongan belajar tida hanya oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga tidak menyenangkan, atau dengan kata lain penguatan positif dan penguatan negatif dalam memperkuat belajar.
        Oleh sebab itu seorang guru harus dapat memberikan penguatan setelah  proses pembelajaran agar siswa belajar lebih giat dan bersemangat lagi.

g. Prinsip Perbedaan Individu
Perbedaan individu dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu sama yang lainnya, baik secara fisik maupun psikis. Untu itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
        Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya, baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa.

C. Kompetensi  Yang Perlu Dimiliki Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Keberhasilan proses pembelajaran antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, faktor fisik, faktor psikologis. Semua faktor tersebut harus diberdayakan agar bisa menjadi faktor penunjang yang mampu membuat proses belajar mengajar menjadi aktif, inovatif, kreatif efektif, dan menyenangkan. Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang demikian merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan menuntut keseriusan dan kemahiran guru dalam menerapkan berbagai keterampilan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan tersebut diperlukan berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya: kompetensi membuka dan menutup pelajaran, kompetensi menjelaskan, kompetensi memberi penguatan, kompetensi mengadakan variasi, kompetensi bertanya, kompetensi mengelola kelas, kompetensi membimbing diskusi, dan kompetensi mengajar kelompok kecil dan individual.

a.      Kompetensi Membuka dan Menutup Pelajaran
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara profesional.
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain dapat dikemukakan sebagai yang berikut.
1.      Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Terdapat perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada peserta didik dengan yang tidak”. Oleh karena itu dalam membuka pelajaran hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disajikannya.
2.      Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
3.      Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
4.      Peserta didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah dimilikinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
5.      Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip atau generalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran.
6.      Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari. Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut :
1.      Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.
2.      Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik).
3.      Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
4.      Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan.
5.      Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi: menarik minat peserta didik, membangkitkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan.
Cara yang dapat dilakukan guru antara lain :
·         Mengajukan pertanyaan apersepsi
·         Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu
·         Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik
·         Menghubung-hubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan, misalnya itik, ayam, burung, dapat dihubungkan satu sama lain untuk mengajarkan tentang unggas.

Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai yang berikut :
1.      Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru).
2.      Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3.      Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas harus dikerjakan (baik tugas individual maupun tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.
4.      Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.

Sebagaimana halnya dengan membuka pelajaran, menutup pelajaran pun perlu dilakukan secara profesional, untuk mendapat hak hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Untuk kepentingan tersebut kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran antara lain dengan meninjau kembali materi yang telah diajarkan, mengadakan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap bahan yang telah diajarkan.

b.      Kompetensi Menjelaskan
Menjelaskan merupakan upaya mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan.
1.      Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, ditengah maupun di akhir pembelajaran.
2.      Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar
3.      Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
5.      Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.

Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan. Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai yang berikut.
1.      Perencanaan
Guru perlu membuat perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik.
a.       Yang berhubungan dengan isi pesan (materi standar)
1)      Tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan
2)      Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik
3)      Siapkan peraga untuk memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelaskan.
b.      Yang berhubungan dengan peserta didik
Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan pengetahuan dasar apa saja yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus sudah terbayang kondisi penerima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, dan kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2.      Penyajian
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
a.  Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak di dengar, tidak telalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi dapat didengar oleh seluruh peserta didik.
c.       Gunakan intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.
d.      Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”, “mm”, ya ya ya”, “ya toh” (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan”
e.       Bila ada istilah-istilah khusus ataubaru, berilah definisi yang tepat.
f.       Perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar mereka.
Selain hal-hal di atas, terdapat dua pola yang memiliki efektivitas tinggi dalam menghubungkan contoh dan dalil, yaitu :
·         Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus)
·         Pola deduktif, yaitu hukum, rumus atau generalisasi dikemukakan lebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hukum, rumus atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan dan perlu ada variasi dalam memberikan tekanan, perlu pula membuat struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang memberi arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
·         Memberikan ikhtisar dan pengulangan
·         Menguraikan atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta didik
·         Memberikan tanda atau isyarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya

c.       Kompetensi Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian; seperti bagus, tepat, ibu puas dengan hasil kerja kalian. Sedang secara nonverbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk:
1)      meningkatkan  perhatian peserta didik terhadap pembelajaran;
2)      merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3)      meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif

Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus dilakukan dengan segera, dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan.
1.      Penguatan harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan.
2.      Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh
3.      Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan.
4.      Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi
5.      Hindari respon negatif terhadap jawaban peserta didik

d.      Kompetensi Mengadakan Variasi
Untuk mengatasi permasalahan siswa yang kurang motivasi (lamban) dalam belajar diperlukan berbagai variasi dalam mengajar.
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam pembelajaran bertujuan:
1.      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan
2.      Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran
3.      Memupuk perilaku positif peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Menurut Sumantri dan Permana (1999) bahwa variasi dalam mengajar atau pembelajaran dapat berupa: Variasi dalam gaya mengajar guru, variasi dalam penggunaan media pembelajaran, variasi dalam penggunaan metoda, dan  variasi dalam pola interaksi antara guru dan peserta didik. Dalam praktik pembelajaran penggunaan variasi tersebut dapat dilakukan baik secara terpisah maupun secara bersama-sama secara bergantian.
Senada dengan itu Mulyasa (2007), mengatakan bahwa variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan.
1)      Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut;
·         Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
·         Memusatkan perhatian
·         Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak)
·         Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik
·         Variasi gerakan badan dan mimik
·         Mengubah posisi; misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran.

2)      Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
·         Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
·         Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
·         Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
·         Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar

3)      Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut:
·         Variasi dalam pengelompokan peserta didik: klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
·         Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas
·         Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru dan tim
·         Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik: langsung (tatap muka), dan melalui media
·         Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dan tertutup
·         Variasi dalam pengorganisasian pesan: deduktif dan induktif
·         Variasi dalam pengelolaan pesan: expositorik dan heuristic atau hipotetik

4)      Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
·         Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.
·         Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar
·         Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi
·         Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.

e.       Kompetensi Bertanya
Kompetensi bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Kompetensi bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi bertanya dasar dan bertanya lanjutan.

1.      Kompetensi Bertanya Dasar
Kompetensi bertanya dasar mencakup:
a.       Pertanyaan yang jelas dan singkat
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik. Usahakan jangan sampai peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya karena tidak mengerti maksud pertanyaan yang diajukan atau karena pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.
b.      Memberi acuan
Dalam pembelajaran di kelas, sebelum mengajukan pertanyaan, mungkin guru perlu memberikan acuan berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Melalui acuan ini dimungkinkan peserta didik mengolah informasi untuk menemukan jawaban yang tepat.
c.       Memusatkan perhatian
Pertanyaan dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta didik, di samping itu pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis, dan tepuk tangan. Pemakaian pertanyaan untuk memusatkan perhatian peserta didik perlu disesuaikan dengan kepentingan pembelajaran.
d.      Memberi giliran, dan menyebarkan pertanyaan
Untuk melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran dalam menjawab pertanyaan. Guru hendaknya berusaha agar semua peserta didik mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan. Pemberian giliran dalam menjawab pertanyaan, selain untuk melibatkan peserta didik secara maksimal dalam pembelajaran, juga untuk menumbuhkan keberanian peserta didik, serta untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan. Pemberian giliran dalam menjawab pertanyaan ini tidak harus selesai dalam satu kali pertemuan, tetapi mungkin dalam dua atau tiga kali pertemuan. Pelaksanaannya dipadukan dengan teknik penyebaran pertanyaan.
Terdapat perbedaan antara pemberian giliran dengan penyebaran. Pemberian giliran adalah satu soal dijawab secara bergiliran oleh beberapa peserta didik, sedangkan penyebaran adalah beberapa pertanyaan yang berbeda disebarkan secara bergiliran dan dijawab peserta didik yang berbeda.
Skenario pelaksanaanya dapat dilakukan sebagai berikut.
·         Kita ajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik (kelas)
·         Kita beri kesempatan berpikir, kemudian tunjuk salah seorang untuk memberi jawaban
·         Kita ajukan jawaban tersebut kepada peserta didik yang lain untuk ditanggapi
·         Kita ajukan kembali pertanyaan berikutnya.
e.       Pemberian kesempatan berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik, guru perlu memberikan kesempatan berpikir dalam beberapa saat sebelum menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Kesempatan berpikir diperlukan agar peserta didik dapat merumuskan dan menyusun jawabannya. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan dengan terlebih dahulu menunjuk peserta didik yang harus menjawabnya. Hal tersebut, selain yang ditunjuk tidak memiliki kesempatan berpikir, peserta didik yang lain bisa jadi tidak memperhatikan, karena mereka sudah tahu siapa yang harus menjawab pertanyaan yang diajukan.
f.       Pemberian tuntunan
Dalam menjawab pertanyaan, mungkin peserta didik tidak dapat memberikan jawaban yang tepat, dalam hal ini hendaknya guru memberikan tuntunan menuju suatu jawaban yang tepat. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut.
1)      Mengulangi pertanyaan dengan cara lain, dan bahasa yang lebih sederhana, serta susunan kata yang lebih mudah dipahami peserta didik.
2)      Menawarkan pertanyaan lain yang lebih sederhana, dengan jawaban yang dapat menuntun peserta didik menemukan jawaban pertanyaan semula.

2.      Kompetensi Bertanya Lanjutan
Kompetensi bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari kompetensi bertanya dasar. Keterampilan lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan tuntunan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.
a.       Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
Pertanyaan yang diajukan dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan peserta didik. Ada pertanyaan yang menurut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi.
Sehubungan dengan itu, guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Setiap pertanyaan perlu disesuaikan dengan taraf kemampuan berpikir peserta didik.
b.      Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan. Jangan menganjukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepada yang sukar lagi.
c.       Pertanyaan pelacak
a)      Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan peserta didik masih kurang tepat. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu klarifikasi, meminta peserta didik memberikan alasan, meminta kesepakatan pandangan, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, dan meminta jawaban yang lebih kompleks.
d.      Mendorong Terjadinya Interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, sedikitnya perlu memperhatikan dua hal berikut.
1)      Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorang peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya.
2)      Guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, janganlah dijawab langsung, tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk didisukusikan. Dengan cara ini, para peserta didik dapat mempelajari cara memberikan komentar yang wajar terhadap pertanyaan temannya.

f.       Kompetensi Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri.
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut :
1.      Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
a.       Menunjukkan sikap tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
b.      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c.       Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
d.      Memberi petunjuk yang jelas.
e.       Memberi teguran secara bijaksana.
f.       Memberi penguatan ketika diperlukan.

2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
a.       Modifikasi perilaku
·         mengajarkan perilaku baru dengan contoh yang pembiasaan
·         meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan
·         mengurangi perilaku buruk dengan hukuman
b.      Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
c.       Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
·         Pengabaian yang direncanakan
·         Campur tangan dengan isyarat
·         Mengawasi secara ketat
·         Mengakui perasaan negatif peserta didik
·         Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya.
·         Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi
·         Menyusun kembali program belajar
·         Menghilangkan ketegangan dengan humor
·         Mengekang secara fisik

g.      Kompetensi Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut:
1.      Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara (a) merumuskan tujuan diskusi secara jelas, (b) merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, (c) menandai hal-hal yang tidak relevan dengan topik diskusi, (d) merangkum hasil pembicaraan.
2.      Memperjelas masalah atau urunan pendapat melalui (a) menguraikan kembali dan merangkum pendapat peserta, (b) mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat setiap anggota.
3.      Menguraikan setiap gagasan anggota kelompok
4.      Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara : (a) mengajukan pertanyaan kunci yang menentang, (b) memberi contoh secara tepat, (c) menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, (d) memberikan waktu berpikir, (e) mendengarkan dengan penuh perhatian
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, melalui (a) memancing pendapat peserta yang kurang berpartisipasi, (b) memberikan kesempatan pertama kepada peserta yang kurang berpartisipasi, (c) mencegah terjadinya monopoli pembicaraan, (d) mendorong peserta didik untuk mengomentari pendapat temannya, (e) meminta pendapat peserta didik ketika terjadi kebuntuan.
6.      Menutup kegiatan diskusi, dengan cara: (a) merangkum hasil diskusi, (b) tindak lanjut, (c) menilai proses diskusi yang telah dilakukan.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah (a) topik yang sesuai, (b) pembentukan kelompok secara tepat, (c) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.

h.      Kompetensi Mengajar Kelompok Kecil dan Individual
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan,
·         Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
·         Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
·         Perencanaan penggunaan ruangan
·         Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan menarik.

Demikianlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Jika guru dapat tampil profesional dengan bekal kompetensi dan pengetahuan pedagogik yang dimilikinya maka peserta didik akan merasa senang mengikuti pelajaran yang diberikan apapun pelajarannya. Begitu juga dengan siswa yang lamban dalam belajar, mereka akan termotivasi dengan cara-cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Untuk itu kita semua berharap semoga para guru dapat meningkatkan profesionalitas mereka dalam penyelenggaraan pengajaran di kelas agar tidak ada lagi istilah anak kurang motivasi atau tidak bersemangat dalam belajar dalam belajar.
Kapan ini bisa terwujud di negeri tercinta ini?  Jawabnya ada pada kita semua.

1 komentar:

fina ans mengatakan...

WAH....THANX BAGET Y PAK...ARTIKELNYA SANGAT MEMBUAT GURU LEBIH PROFESIONAL LAGI N BS MEMBANTU TGS KULIAH SAYA

Sekedar Hiburan