Rabu, 20 Oktober 2010

Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini




Tidak menutup kemungkinan akan ditemukan anak usia dini yang mengalami kesulitan  dalam berbahasa, tidak mampu memahami bahasa lisan, tidak mampu mengutarakan isi hati dengan kaimat, berbicara tidak jelas, gagap, dsbnya. Terkait masalah di atas berikut ini penulis mencoba membahas tentang perkembangan bahasa pada anak usia dini.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan  keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa  seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya  menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. 

a.   Faktor yang mempengaruhi masalah bahasa pada anak
Menurut  Syamsu   Yusuf   (2004)   faktor-faktor  yang    mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
1)  Faktor   kesehatan.    Kesehatan   merupakan    faktor    yang    sangat  mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila anak pada usia dua tahun pertama sering mengalami sakit-sakitan maka anak tersebut cenderung akan mengalami keterlambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasa.
2) Intelegensi.  Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya, anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas normal.
3)  Status sosial ekonomi keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibanding dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik status ekonominya, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesemoatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya.
4)  Jenis kelamin. Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara wanita dan pria, tetapi pada usia dua tahun anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.
5)  Hubungan keluarga. Hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, dan begitu sebalikya hubungan yang tidak sehat bisa menyebabkan perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak sopan.
Bahasa anak dapat berkembang cepat, jika:
1.  Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.
Lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi tersebut akan optimal jika anak tidak  merasa tertekan. Anak yang tertekan dapat menghambat kemampuan bicaranya. Dapat ditemukan anak gagap yang disebabkan karena tekanan dari lingkungannya.
2. Menunjukkan sikap dan minat  yang tulus pada anak.
Anak usia dini emosinya masih kuat. Karena itu pendidik harus menunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.
3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal.
Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya.  Perlu diikuti gerakan, mimik muka, dan intonasi yang sesuai.
Misalnya : orang dewasa  berkata,”saya senang” maka perlu dikatakan dengan ekspresi muka senang, sehingga anak mengetahui seperti apa kata senang itu sesungguhnya.
4.  Melibatkan anak dalam komunikasi.
Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk ikut membangun komunikasi. Kita menghargai ide-idenya dan memberikan respon yang baik terhadap bahasa anak.
                                                                                                          
b. Tingkat perkembangan bahasa pada anak.
Sejak bayi, anak sudah memiliki kemampuan berbahasa. Sesederhana apapun, bayi sudah dapat menangkap bunyi-bunyian atau tanda yang diberikan oleh orang-orang terdekat di lingkungannya. Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan bahasa anak akan terus berkembang  semakin kompleks. 
Menurut Vygosky, ada 3 (tiga) tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan  berfikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal  yaitu sebagai berikut:
Pertama, tahap Eksternal yaitu tahap berfikir dengan sumber berfikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal tersebut terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak .dengan cara tertentu. Misalnya orang dewasa bertanya kepada seorang anak, ” Apa yang sedang kamu lakukan?” Kemudian anak tersebut meniru pertanyaan, ”Apa?” Orang dewasa memberikan jawabannya, ”Melompat”.
Kedua, tahap egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara seperti jalan pikirannya, misalnya ”saya melompat”, ”ini kaki”, ”ini tangan, ”ini mata”.
Ketiga,  tahap internal yaitu  suatu tahap ketika anak dapat menghayati proses berfikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar kucing. Pada tahap ini, anak memproses pikirannya dengan pikirannya sendiri, ”Apa yang harus saya gambar? Saya tahu saya sedang menggambar kaki sedang berjalan”
Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh system perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional dan sosial. Seperti kemampuan motorik, kemampuan bayi untuk berbahasa terjadi secara bertahap, sesuai dengan perkembangan usianya.
Berikut ini diuraikan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa yang normal pada anak usia 0-1 tahun (Towne, 1983)
Umur
(bulan)
Bahasa reseptif
(bahasa pasif)
Bahasa ekspresif
(bahasa aktif)
1
Kegiatan anak terhenti akibat suara
Vokalisasi yang masih sembarang, terutama huruf hidup
2
Tampak mendengar ucapan pembicara, dapat tersenyum pada pembicara
Tanda-tanda vokal yang menunjukkan perasaan senang, tersenyum
3
Melihat ke arah pembicara
Tersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara
4
Memberi tanggapan yang berbeda terhadap suara bernada marah atau senang
Jawaban vokal terhadap rangsangan
5
Bereaksi terhadap panggilan namanya
Mulai meniru suara
6
Mulai mengenal kata-kata ”da-da”, ”papa”, ”mama”
Protes vokal, berteriak karena kegirangan
7
Bereaksi dengan kata-kata naik, kemari, da da
Mulai menggunakan suara mirip kata-kata kacau
8
Menghentikan kaktifitas apabila namanya dipanggil.
Menirukan rangkaian suara
9
Menghentikan kegiatan apabila dilarang
Menirukan rangkaian suara
10
Secara tepat menirukan variasi suara tinggi
Kata-kata pertama mulai muncul
11
Reaksi atas pertanyya sederhana dengan melihat atau menoleh
Kata-kata kacau mulai dapat dimengerti dengan baik
12
Reaksi dengan melakukan gerakan terhadap berbagai pertanyan verbal
Mengungkap kesadaran tentang objek yang telah akrab dan menyebut nama.

Adapun tahapan proses perkembangan bahasa anak usia lahir sampai dengan usia 6 tahun sebagai berikut:
No.
Usia
Proses Mendengar/ Memahami

Proses Berbicara

1.
Lahir-3 bulan
-    bayi terbangun ketika mendengar suara yang keras (biasanya reaksinya adalah menangis)
-    bayi mendengar orang lain berbicara dengan cara memperhatikan orang yang berbicara
-    bayi tersenyum ketika diajak bicara
-    bayi mengenali suara pengasuhnya dan menjadi berhenti menangis ketika diajak ngobrol
-    anak membuat suara yang menyenangkan
-    anak akan mengulangi suara yang sama secara berulang-ulang (seperti ocehan)
-    anak akan menanagis dengan cara berbeda untuk menunjukkan kebutuhannya yang berbeda-beda pula (misal : menangis dengan melengking tinggi jika kesakitan)

2.
4-6 bulan
-    anak sudah dapat merespon nada suara (lembut ataupun keras)
-    anak akan melihat sekeliling untuk mencari sumber bunyi (contoh : bunyi bel, telepon atau benda jatuh)
-    anak akan memperhatikan bunyi yang dihasilkan dari mainannya (misal : memukul-mukul mainan ke lantai)
-    anak akan berceloteh ketika sendirian
-    anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara berulang ketika bermain
-    anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya

3.
7-12 bulan
-    anak menyukai permainan ‘ciluk-ba’
-    anak akan mendengarkan ketika diajak berbicara
-    anak mengenali kata-kata yang sering ia dengar, misal : susu, mama, dll.
-    anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya
-    anak akan melakukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/ suara
-    anak akan berceloteh dengan kata-kata sederhana : “ma-mam”, “da-da”’ tapi masih belum jelas pengucapannya

4.
12-24 bulan
-    anak sudah dapat memahami perintah dan pertanyaan sederhana, contoh : “mana bolanya?”, “ambil bonekanya”
-    anak akan menunjuk benda yang dimaksud ketika ditanyai
-    anak dapat menunjuk beberapa gambar dalam buku ketika ditanyai
-    anak telah dapat menggunakan berbagai bunyi huruf konsonan pada awal kata
-    anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh : mau minum, mama ma’em, dll.
-    Anak dapat bertanya dengan 2 kata sederhana, misal : “mana kucing?”, “itu apa?”

5.
24-36 bulan
-    Anak bisa memahami dua perintah sekaligus (contoh : “ambil bolanya dan ditaruh di kursi”)
-    Anak sudah dapat memperhatikan dan memahami berbagai sumber bunyi (misal : suara TV, pintu ditutup, dll)
-    Anak telah memahami perbedaan makna dari berbagai konsep, misal : “jalan-berhenti”, “di dalam-di luar”, “besar-kecil”, dll)

-    Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan mengatakan nama benda yang dimaksud.
-    Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan
-    Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian
-    Anak memahami tata bahasa secara sederhana, misal “aku mau naik sepeda”

6.
4-6 tahun

-    Anak sudah bisa menggunakan kata secara lebih rumit
    Misal : “Ibu, aku lebih suka baju yang berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.”


   Menurut Syamsu Yusuf (2007: 119) perkembangan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan berfikir anak. Perkembangan fikiran dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai tugas pokok perkembangan bahasa. Adapun tugas tersebut adalah: (1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain; (2) Pengembangan perbendaharaan kata; (3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat; dan (4) Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain. 
     Sedangkan menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2004) perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar yaitu periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata kata yang pertama. Yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase yaitu:
1.  Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2.  Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3.  Fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosa katanya yang mengagumkan, akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan.
Bahasa anak secara terus menerus selalu berkembang. Anak banyak belajar dari lingkungannya, dengan demikian bahasa anak terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan anak mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan  lingkungan pergaulan teman sebaya.
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.

c. Implementasi pengembangan bahasa pada PAUD
    Pengembangan kemampuan bahasa termasuk salah satu pengembangan kemampuan dasar anak usia dini. Pengembangan kemampuan bahasa  bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Adapun kemampuan yang diharapkan dicapai (Ali Nugraha, 2005) adalah (1) menirukan kembali urutan angka, urutan kata (latihan pendengaran), (2) menyanyikan beberapa lagu anak-anak dalam beberapa sajak sederhana, (3) menceritakan kembali isi cerita yang sudah diceritakan oleh guru, (4) menyebutkan sebanyak-banyaknya nama dan kegunaan suatu benda, dan (5) menggunakan kata ganti ”aku” atau ”saya”.
Sesuai dengan pandangan teori konstruktif yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky, bahwa melalui interaksi sosial, anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya pada pembelajaran adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan berbagai kegiatan yang dapat mendorong mereka untuk sering berkomunikasi. Dengan interaksi aktif antar anak, maka bahasa anak akan berkembang dengan cepat.
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak sebaiknya dalam aktivitasnya anak-anak  digabungkan dari berbagai usia. Harapannya adalah anak yang lebih tua dapat mencontohkan bahasa yang lebih kaya kepada anak yang lebih muda. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap  akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi.
Lingkungan yang baik untuk pengembangan kemampuan berbahasa anak adalah lingkungan yang aktif ditempat anak berada, yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa. Hal ini dapat dilakukan oleh orang dewasa dengan meletakkan banyak kata-kata di lingkungan bermain anak. Di mana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong anak dalam mempelajari keaksaraan. Misalnya: kalau disekitarnya ada meja, dapat diberi tulisan “meja”, kalau di tempat bermain anak ada lemari maka di sana dapat dituliskan ”lemari”dan lain-lainnya. Orangtua dan pendidik yang aktif akan membawa lingkungan di luar anak yang kaya dengan bahasa ke dalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran anak ke luar melalui bahasa yang diucapkan anak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kemampuan bahasa meliputi 4 area  utama, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut ini akan diuraikan bagaimana menciptakan lingkungan yang dapat memperkaya terhadap kemampuan bahasa tersebut.
1.      Mendengarkan
Untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan pada anak, maka yang dapat dilakukan oleh orangtua dan pendidik adalah menjadi model yang baik bagi anak, berkomunikasi yang jelas kepada anak, dan memberikan penguasaan pengetahuan dan aktivitas yang berkenaan dengan kegiatan mendengarkan itu sendiri. Aktivitas yang mendukung yang dapat dilakukan adalah: (a) bermain dengan mendengarkan musik, (b) menceritakan tentang cerita/dongeng, (c) memperdengarkan berbagai suara (sound effects), (d) memperdengarkan cerita dengan musik, dan (e) mempertanyakan apa yang di dengarkan.
2. Berbicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Berbicara tidak sekedar merupakan prestasi bagi anak, akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya, misalnya: (1) sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan; (2) sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain; (3) sebagai alat untuk membina hubungan sosial; (4) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri (5) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain; dan (6) untuk mempengaruhi perilaku orang lain (Mulyani Sumantri & Nana Syaodih, 2004).
Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak. Doronglah anak-anak untuk mengungkapkan pendapat, melontarkan pertanyaan dan mengambil keputusan. Anak-anak belajar kata-kata baru dengan mendengar kata-kata tersebut yang digunakan dalam konteks. Anak-anak juga belajar banyak berbicara melalui mendengarkan pembicaraan orang dewasa atau anak lain. Hendaknya orangtua tidak mengoreksi apa yang anak-anak katakan atau mengkritik cara mereka mengungkapkan diri. Peragakan cara pengucapan kata yang benar dengan menerangkan kata dalam pembicaraan.
Selain itu untuk menambah perbendaharaan kata, anak dapat diajak untuk membaca sedini mungkin. Dengan melihat gambar, anak dapat mengeksplorasi serta ada dialog antara orangtua dan anak. Gunakan bahasa yang singkat, jelas, dan benar (jangan gunakan bahasa kekanakan). Dan berbicaralah dengan pelan dan dibantu dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh.
3. Membaca
Pengembangan minat dan kebiasaan membaca yang baik harus dimulai sedini  mungkin pada anak-anak. Orang tua, terutama ibu dan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan usaha-usaha pengembangan ini. Pengembangan minat dan kemampuan membaca harus dimulai dari rumah.
Membaca bukan sekedar membaca sepintas saja, tetapi membaca harus melibatkan pikiran untuk memaknainya. Membaca memerlukan proses yang panjang, dari mengenal simbol sampai pada memaknai tulisan.
Sebelum bisa membaca, anak-anak harus tahu dan menggunakan perbendaharaan kata-kata dasar yang baik. Anak hanya dapat memahami kata-kata yang mereka lihat tercetak jika mereka telah menemui kata-kata tersebut dalam pembicaraan. Anak-anak yang dapat berbicara dengan baik dan banyak cenderung menjadi pembaca yang baik pula.
Dalam belajar membaca permulaan pada anak, orangtua atau pendidik sebaiknya menggunakan kata-kata yang bermakna bagi anak. Anak akan tertarik membaca sebuah kata karena kata tersebut mempunyai makna yang dapat dimengerti anak. Janganlah mengajarkan kata-kata yang tidak umum tanpa memberikan konteks atau petunjuk mengenai maknanya. Gambar dengan kata-kata, label pada objek, tanda dalam situasi-situasi, semuanya ini memberikan suatu konteks kepada kata itu.  Misalnya : Kata ”mata’ dibaca anak bersamaan dengan adanya ”gambar mata”.
Selain itu orangtua atau pendidik sebaiknya menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan karakteristik materi membaca tahap awal, misalnya kata yang dipilih pendek dan dapat  diperkirakan, berulang-ulang, menggunakan bahasa yang sederhana, menggunakan irama, teksnya sederhana, mudah diingat, gambar dan teks harus sesuai, dan gambar sangat dominan.
Untuk mendukung perilaku keaksaraan berikutnya, anak harus banyak dikenalkan dengan buku. Buku-buku yang dikenalkan pada anak perlu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak. Buku cerita lebih tepat digunakan untuk menambah kosa kata anak, namun demikian anak tetap perlu menggunakan buku bacaan yang berbeda-beda, supaya mereka bisa melihat perbedaan tingkatan  dari tiap-tiap buku.
Untuk menciptakan lingkungan yang kaya terhadap perkembangan bahasa anak khususnya membaca maka orang tua harus memfasilitasi dengan menyediakan berbagai bahan bacaan untuk anak-anak, penuhilah tempat-tempat bermain mereka dengan berbagai bahan dan sumber bacaan yang bermanfaat.
4. Menulis
Kemampuan menulis sangat berkaitan dengan menggambar pada anak. Karena menulis dan menggambar sama-sama memerlukan keahlian psikomotor, dan  mempunyai kemampuan kognitif  yang sama.
Menggambar dan menulis melibatkan keterampilan psikomotor yang sama yaitu keterampilan motorik halus, maka untuk mengembangkan kemampuan ini orangtua atau pendidik harus dapat memfasilitasi sedini mungkin. Cara yang dapat kita lakukan adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan oleh anak untuk membuat coretan atau tulisan. Saat anak 2 tahun jika diberi kesempatan memegang pensil atau crayon tentunya dia akan mencoret-coret sesukanya di kertas yang ada, hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan menulis anak.
Dengan menggambar/menulis anak dapat mengekspresikan dirinya. Karena itu anak perlu mendapatkan kesempatan yang cukup dengan dukungan alat-alat yang beragam serta pendidik yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak.
Selain anak menggambarkan sesuatu yang ada dalam pikirannya ke dalam kertas, anak juga perlu menceritakan makna dari gambar yang dibuatnya. Disinilah orangtua atau pendidik memainkan peran yang penting dalam mengenalkan anak pada kekuatan komunikasi  antara gambar yang dibuatnya dengan kata-kata yang dapat dimunculkan anak. Jika pendidik dapat membuat pengalaman menggambar ini menjadi menantang, merangsang, dan memuaskan, maka anak akan menguasai sistem simbol yang beragam lainnya.

Tidak ada komentar:

Sekedar Hiburan